Desa Langse Pati Menjadi Lokasi Kunjungan Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah Jateng

(Foto: Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng berkunjung ke Desa Langse Margorejo Pati, Sabtu 8 Jun 2024)

Kabarpatigo.com - PATI - Bertempat di Desa Langse Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati, Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng menghadirkan beberapa tokoh narasumber dan berbagai penggiat lingkungan di wilayah Karesidenan Pati. Dimana Desa Langse merupakan lokasi Lab Bioreaktor Kapal Selam, Sabtu (8/6/24).

Hadir dalam seminar off line adalah Rektor UMY Dr Gatot beserta tim, MLH PWM  DR Sobri, hadir sebagai pakar pengelola sampah Rohmat Budi Sanjoyo, langsung dari Tegal, yang juga sebagai anggota MLH Kota Tegal sekaligus ketua Perbanusa Jawa Tengah, RS Aisyiyah Kudus, LPM  Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, RS Fastabiq Sehat Pati.

Baca juga: Guru Muhammadiyah se Jateng Ikuti Saresehan "Ngudoroso" Prihal Problematika Sekolah Muhammadiyah

Baca juga: Liburan Sekolah: Pastikan Liburan ke Pati, Ada Tempat Bersejarah dan Pusat Training Sepak Bola Internasional

Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PDA Jepara Kusnitah beserta 7 anggota hadir sebagai peserta seminar off line dari pukul 13.00-17.00 WIB bersama armada dari Lazismu Jepara.

DR M.Sobri memberikan sambutan pertama sebagai pengantar diskusi mengenai kolaborasi yang akan dijabarkan oleh DR Gatot  (UMY) dan  DR Imron (UNIMMA) "Eco Teologi  atau iptek yang harus diutamakan."

Baca juga: Indonesia Satu-satunya Wakil ASEAN di Babak 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026

Menurut DR Imron Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) melalui online lebih utama mana teologi dan iptek, sebetulnya lebih diutamakan Teologi yang selama ini menjadi kesadaran teologis lingkungan dan masyarakat yang menjadi maslaah yang mengganggu estetika teologis juga adanya sampah moderenisasi.

Kesadaran teologis kita sebagai masyarakat sebagai kholifah di bumi. Etika lingkungan (Eling) mampu memperbaiki dan mendukung lingkungan dengan memberi kontribusi masyarakat kepada keluarga rakyat miskin kebutuhan yang tidak bisa dibeli.

Baca juga: Tarik Dana, Ternyata Saldo Rekening Muhammadiyah di BSI Sampai Triliunan

Eling itu menjadi titik ukur manusia dan masyarakat komitmen terhadap interaksi alam yang dipandang sebagai nilai spiritual yang selalu dijaga dengan merawat alam.

Cara pandang manusia akan mempengaruhi emosi pribadi dan lingkungan dengan berinteraksi langsung dengan alam. Nilai teologi harus terlihat di bagian kehidupan sehingga muncul pengaruh etika teologi.

Alasan politik membatasi kebebasan pribadi dan ketidakpastian bukti ilmiah atau penyangkalan literasi hijau, yang direkomendasikan adalah
1. Pendidikan (kesadaran publik)
2. Regulasi dan kebijakan pemerintah yang mendukung nilai agama
3. Adanya kemitraan pemerintah masyarakat sipil dan agama terkait etika dan perlu peningkatan kapasitas lokal dan lingkungan
4. Pengembangan riset hubungan nilai agama dan praktek lingkungan untuk memperkuat etika dalam bermasyarakat.

Kesadaran teologis dalam etika lingkungan peran penting menjadi landasan motifasi penyebaran pembentukan advokasi yang berkelanjutan.

Tugas MLH adalah mengawal dan mendampingi. DR Gatot UMY lebih kepada diskusi MLH Wilayah, Profesi Insyinyur dari Pertanian Pak Sobri di Peternakan. Antisipatip kesadaran teologis perubahan iklim dan kerusakan lingkungan.

Harmonisasi dari hubungan Allah, Alam dan Lingkungan di dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah ayat 29.

"Marilah berprilaku dengan benar dan bijak mengingat yang lain karena kita hidup bersama dalam mencapai keharmonisan sesama manusia dan mahkluk kita upayakan bersama. Memahami satu dan yang lain dengan aman, damai secara berkelanjutan," pungkas DR Gatot.

Kemudian dilanjut dengan penandatanganan MOU MLH dan LPM Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menjadi penutup rangkaian seminar. (knt)

Komentar