Manusia Setengah Muhammadiyah

(Foto: Gus Zuhron)

Kabarpatigo.com - Kalau ada film judulnya “Manusia Setengah Salmon” maka ada juga manusia setengah Muhammadiyah.

Definisi sederhanya adalah seseorang yang tidak benar-benar mengabdikan diri kepada persyarikatan Muhammadiyah namun tetap bernaung di dalamnya.

Rumah besar Muhammadiyah memang jadi incaran banyak orang untuk mencari keuntungan. Dengan aset yang jumlahnya sangat fantastis tentu mudah bagi orang-orang yang punya bakat untuk memanfaatkan kebesaran namanya.

Usia panjang dan jam terbang tinggi menjadikan organisasi warisan KH. A Dahlan ini diperhitungkan dalam kontek banyak hal.

Politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, filantropi kemanusiaan, kebencanaan dan pelayanan sosial adalah sekian ikon yang melekat pada tubuh Muhammadiyah yang cukup seksi untuk dimanfaatkan demi kepentingan sesaat.

Baca Juga: Bersaksi Dalam Kasus AP Hasanuddin, Tiga Kader Muhammadiyah Datangi Mabes Polri 

Ada 4 karakteristik manusia setengah Muhammadiyah.

Pertama, Mencari keuntungan materi dalam Muhammadiyah tetapi tidak mau berjuang untuk Muhammadiyah.

Tipe pertama ini bisa jadi berstatus sebagai pegawai, guru, dosen, rektor, kepala sekolah, direktur RS, direktur BTM, manager swalayan dan seterusnya.

Mereka digaji secara profesional oleh persyarikatan namun tidak pernah berpikir dan bertindak untuk membesarkan Muhammadiyah. 

Kedua, Masuk Muhammadiyah untuk membesarkan dirinya bukan untuk membesarkan Muhammadiyah.

Segala potensi yang dapat menjadikan dirinya bersinar akan diburu sampai titik darah penghabisan, menghalalkan banyak cara adalah hal biasa yang penting tujuan utamanya tercapai.

Ketiga, Bercitra Muhammadiyah tetapi kosong dari nafas perjuangan.

Kelompok manusia ini biasanya hadir musiman, saat akan ada muktamar, musywil, musyda dan seterusnya.

Lobi sana-sini, kasak-kusuk mencari dukungan, baju batik Muhammadiyahnya sering dipakai, mendadak fokal dan aktif, hadir di forum-forum rapat, tiba-tiba kelihatan sholih dipengajian Muhammadiyah, padahal semua aktivitas itu jarang dilakukan sebelumnya.

Semua itu sengaja diperbuat agar target utamanya menduduki kursi keramat dapat terwujud.

Keempat, Ngaku Muhammadiyah tetapi tidak pernah ikut kajiannya, bayar zakatnya tidak lewat LazisMu, tidak memahami ideologi Muhammadiyah, tidak memahami manhaj dan konsep pemikirannya, sering bangga dengan tokoh lain, gumunan ketika melihat munculnya gerakan keagamaan baru yang dikira lebih progresif, Muhammadiyahnya hanya saat bekerja namun setelah kembali ke masyarakat warna sang suryanya memudar.

Model manusia setengah Muhammadiyah ini sebenarnya adalah parasit bagi persyarikatan.

Keberadaannya hanya menjadi beban yang tidak berkesudahan, manfaatnya tidak seberapa namun madhorotnya sangat bisa dirasakan.

Kata ikhlas, taat dan berkorban bukan bagian dari diksi yang ada dalam otaknya.

Andai bahtera Muhammadiyah suatu saat berpotensi tenggelam maka orang semacam ini akan bertepuk tangan dan menjadi penonton yang kegirangan.

Benalu semacam itu sebaiknya tidak boleh tumbuh subur dalam gerakan Islam modernis ini.

Saatnya bersih-bersih agar rumah indah Muhammadiyah tidak dikotori oleh tangan-tangan yang berwajah pejuang namun sejatinya perusak. WASPADALAH. 

Komentar