(Foto: Ilustrasi singkong)
Kabarpatigo.com - PATI - Ketidakpastian harga panen yang terus berulang dan membuat petani singkong di Kabupaten Pati kehilangan kendali atas pendapatan tanpa dukungan kebijakan memadai.
Hal itu diungkapkan oleh Anggota Asosiasi Ketela Kabupaten Pati, Mashuri Cahyadi.
Mashuri menegaskan, harga singkong musim panen kemarin menjadi yang terendah selama 9 tahun terakhir. Hal ini mengakibatkan para petani ketela mengalami kerugian serius.
Menurut Mashuri, program resi gudang sebenarnya diproyeksikan sebagai mekanisme stabilitas harga agar petani memiliki kekuatan menunda penjualan hasil panen.
Penerapan resi gudang membutuhkan keterlibatan lembaga pembiayaan sehingga petani tetap dapat berproduksi tanpa kerugian berkelanjutan setiap musim.
“Kita menyayangkan program resi gudang tidak berpihak kepada petani. Pembiayaan tidak dijalankan, dengan alasan generalisasi pengelola gudang nakal di komoditas lain,” kata Mashuri.
Baca juga: Tes Kesehatan, Wabup Chandra Apresiasi Transformasi RSUD Soewondo
Sementara, Pengelola Resi Gudang di Waturoyo, Margoyoso, Pati, Broto menjelaskan, pada awal 2025, izin operasional resi gudang telah sepenuhnya siap untuk implementasi optimal bagi petani.
“Koordinasi UMKM petani koperasi dan pengusaha telah dilakukan, namun respons lembaga pembiayaan dinilai masih setengah hati,” katanya.
Minimnya respons pembiayaan membuat sistem resi gudang tidak berjalan maksimal, sehingga petani kehilangan peluang menikmati harga singkong terbaik.
Dampaknya, tekanan kerugian tetap terkonsentrasi pada petani meski infrastruktur pengolahan tapioka dan manajemen rantai pasok sebenarnya sangat memadai. (kbrn)

Komentar
Posting Komentar