Jalani Sidang Terbuka, KH. Tafsir Tawarkan Rumusan Pengalaman Tajdid bagi Warga Muhammadiyah

(Foto: Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah KH. Tafsir)

Kabarpatigo.com - SEMARANG - Ketua PWM Jawa Tengah, KH Tafsir memaparkan Disertasi dengan judul Disertasi “Dinamika Purifikasi Muhammadiyah di Jawa Tengah”.

Pemaparan Disertasi tersebut dilaksanakan saat Sidang Terbuka Promosi Doktor Studi Islam, Universitas Islam Negeri Walisongo, pada Jumat (4/2/22) pukul 13.00 WIB s.d Selesai.

Disertasi tersebut berisi mengenai Dinamika Perkembangan Islam di Tubuh Muhammadiyah, Purifikasi ala Persyarikatan Muhammadiyah, dan Nafas Gerakan Tajdid Muhammadiyah di Tengah Masyarakat yang Dinamis.

KH. Tafsir, menjelaskan bahwa Purifikasi dalam rumusan-rumusan ideologi Muhammadiyah dimaknai sebagai pemurnian, tetapi di dalamnya tidak ada penjelasan yang bersifat efinitif.

Beliau memaknai purifikasi sebagai tajdid, sebagaimana menjadi rumusan Muktamar (Munas) Tarjih ke XXII tahun 1989.

Upaya tajdid selama ini dipahami sebagai masyarakat Islam, khususnya Muhammadiyah sebagai gerakan pemberantasan TBC.

Namun, KH Tafsir menyampaikan bahwa perlu adanya pengkajian ulang tentang konsepsi tajdid, guna untuk mencoret, mengecam, bahkan untuk penyingkiran akar budaya di tengah masyarakat.

Jika purifikasi ini tidak dianggap salah, tapi butuh reformulasi dan formulasi yang dapat lebih konferensif dan utuh, serta bukti bahwa budaya tidak dapat dilepas dari proses paham agama.

KH Tafsir juga mengatakan bahwa “Di Muhammadiyah nyatanya juga mempunyai rumusan ideologi kebudayaan Muhammadiyah. Yakni Dakwah Kultural Muhammadiyah, Seni Budaya Islam, dan Pedoman Hidup Islam Warga Muhammadiyah. Ketiga rumusan ideologi tersebut diatur dengan bagaimana hubungan antara Muhammadiyah dan Budaya," ujarnya.

Lebih lanjut, KH Tafsir menambahkan bahwa Purifikasi ini juga butuh Reorientasi, Reinterpretasi, dan Reformulasi.

Sehingga beliau menawarkan Muhammadiyah sudah butuh untuk membuat risalah akademik, desain operasional bagaimana langkah purifikasi yang saat ini belum ada.

Dengan adanya dinamika ini. KH. Tafsir juga berpendapat bahwa adanya multikulturalisme di dalam tubuh jama’ah Muhammadiyah, sedikit banyaknya menimbulkan konflik, baik itu dari internal ataupun eksternal.

Konflik ini sendiri memiliki dampak konstruktuf dan destruktuf di dalam tubuh jama’ah.

Oleh karena itu, beliau menyampaikan bahwa perlu adanya formulasi tentang ar ruju’ ilaa Qur’an wa sunnah (kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah) sebagai landasan paham agama dalam Muhammadiyah ini. (Aisyah MP-PWMJateng.Com)

#Tafsir

Komentar