Pemilu 2024, Berakhir Era Jokowi

(Foto: MHR. Shikka Songge Wakil Sekjen Bidang Kaderisasi MN KAHMI 2022-2027)

Kabarpatigo.com - Kesalahan fundamental rakyat di negeri ini, ialah ketika menyerahkan urusan kepemimpinan negara yg sangat amat penting itu, kepada orang yang bukan ahlinya.

Kondisi bangsa dan negeri kita dewasa ini seakan mengalami titik konjungtur. Rakyat tidak lagi melihat kebenaran, kecerdasan dan integritas pemimpin yang mengarahkan jalan hidup berbangsa dan bernegara. Rakyat tengah terperangkap pada kehidupan tanpa nilai, di mana arah dan orientasi rakyat bukan ditentukan oleh akal sehat, pemikiran besar kaum intelegencia.

Dimensi materialisme telah berhasil merubah alam pemikiran, cara pandang manusia memahammi dunia. Kita temukan dunia kegelapan, dunia penindasan, dimana pemimpin yang hanya bisa mengumbar janji tanpa makna.

Kita menyaksikan dunia tanpa kebenaran dan kejujuran, dunia bagai lorong panjang, bertikung dan tak bercahaya. Sepertinya kebenaran dan kejujuran itu menjadi barang mewah dan mahal.

Kita menyaksikan cara pandang politisi, pimpinan partai, penyelenggara negara dikendalikan oleh uang. Ternyata mereka bukan orang besar, bukan sejatinya pemimpin.

Baca Juga: Quo Vadis Himpunan Pengusaha Kahmi (HIPKA) Jawa Tengah ?

Kebesaran dan kehormatan mereka bersifat artifisial belaka. Mereka hanya merasa besar dan terhormat karena uang dan jabatan, bukan martabat dan kehormatan. Sebaliknya tanpa uang mereka juga bukan siapa-siapa.

Betapa ngerinya rakyat di negeri ini tidak lagi dipimpin oleh pemimpin berilmu dan berkejujuran, atau berintegritas, melainkan pekerja tanpa visi dan pemikiran besar.

Gambaran Pemimpin saat ini hanyalah seorang tukang yang membangun jalan dg modal uang pinjam. Tanpa uang mereka sangat tidak berharga, kehilangan nilai tawar. Seakan negeri ini kerdil, miskin dan minus nilai nilai peradaban kemanusiaan.

Padahal negeri ini terdiri dari susunan bangsa besar yang sarat dg nilai nilai kebenaran, kebaikan dan kebajikan. Kemana ya hilangnya nilai nilai itu semua? 

Fenomena bangsa kita saat ini setelah 22 th reformasi seperti yang pernah dibayangkan Nabi Muhammad SAW pada 15 abad silam. Bahwa pada suatu saat nanti dimana kehidupan manusia ditimpa oleh wabah kedustaan.

Pembohong yang dipercayai, sedangkan orang benar didustai. Pengkhianat diberikan amanah dipercayai, namun orang jujur justeru dikhianati bahkan menjadi musuh bagi negara.

Dan pada saat itu Ruwaibidhah yang berbicara. Para sahabat bertanya, siapakah Ruwaibidhah itu ya Rosulullah ?, seorang laki laki bodoh tetapi ia membicarakan tentang urusan orang banyak, jawab Rosulullah. (HR Ibn Majah). 

Sekali lagi krisis dilematis negeri ini, disebabkan rakyat menyerahkan urusan negara bukan pada mereka yang ahli dan berkemampuan secara ilmu dan moral untuk mengurus negeri. Pelajaran mahal yang diambil, agar tidak terulang kembali.

Olehnya tugas kita untuk menyelamatkan urusan negara, kita perlu memberikan tugas kepemimpinan negara kepada suatu generasi yg dipandang memiliki kelayakan.

Beragama, berilmu dan berintegritas. Tempat rakyat bersandar, bertanya, dan bangga sebagai warga. Namun sebaliknya, apabila kita memberikan suatu urusan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancuran. (HR Imam Buchory).

Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas setiap perkara yg telah dikerjakan (HR dari Ibnu Umar ra). Pemimpin, merupakan kategori yang terdidik dan terpelajar, yaitu mereka melakukan sesuatu berdasarkan formulasi permasalahan. Dan setiap pemimpin menyelesaikan masalah dengan ilmu dan pengatahuan yg dimiliki. Ilmu yang mengorientasikan proses untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Firman Allah: Janganlah kamu sekalian melakukan suatu perbuatan, jika kamu tidak punya ilmu atasnya, karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan fikiranmu akan diminta pertanggung jawaban. (QS al Isra: 36)

KEJAHATAN Korupsi telah terjadi secara sistemik terstruktur, merajalela di setiap level instutusi penyelenggara pemerintahan. Hutang melampaui batas yg dibolehkan konstitusi. Pengelolaan industri pertambangan yg tidak transparan, eksploitatif dan diskriminatif, sehingga menimbulkan gejolak social dan perlawanan di berbagai tempat.

Begitu juga industri pertambangan batu bara dan kelapa sawit dg mematok matok tanah milik rakyat tanpa prosedur. 

Ketika rakyat dan tokoh agama menyoal dan meluruskan berbagai distorsi dan manipulasi bernegara dg bahasa agama, rakyat justeru dituduh sebagai pelaku kejahatan. Rakyat dan tokoh agama disudutkan dg senjata laras panjang dg tuduhan anti NKRI, anti Pancasila, makar, teroris fundamentalis dan berbagai stigmatisasi negatif lainnya.

Sekarang Presiden Jokowi mengalami goncangan, panik, dihantui oleh berbagai kecemasan, karena belum punya tempat lending yg nyaman pasca 2024 nanti. Artinya dapat difahami bahwa Jokowi meninggalkan legaci buruk, yang menjadi beban politik yang sangat memalukan bagi rakyat. Karenanya Jokowi perlu ikut rawe rawe memumuskan pencapresan, yang menggantikannya, agar aman nantinya. 

Keterlibatan Jokowi untuk ikut mengurus Capres bersama beberapa partai pendukung di kabinet, membuat koalisi besar, menurut saya sesuatu yang sangat memalukan, ia merupakan cermin pemimpin tidak memiliki moral politik.

Untuk apa koalisi besar bila koalisi tanpa pikiran negarawan. Semua orang tentu faham bahwa apa yang sedang direkayasa oleh Jokowi hanyalah untuk memperpanjang status quo kekuasaan, yang menjadi perpanjangan tangan oligarcy ?

Tetapi di sisi lain Presiden Jokowi justeru abai terhadap kondisi bangsa yg terus bergerak dinamis. Rakyat menghendaki perubahan politik, yaitu kepemimpinan politik baru yang tidak lagi bersama olighacy.

Mestinya Jokowi menyadari bahwa keberadaanya sebagai Presiden sarat kontradiksi, pemerintahannya korup, agen oligarcy, minus kebenaran dan kejujuran. Fenomena ini menggambarkan bahwa Jokowi sudah ditinggalkan rakyat.

Dan saat ini menuju electoral 2024, rakyat sudah memiliki alam pemikiran politik perubahan yang progresif, yaitu berkoalisi bersama ARB, berarti era Jokowi telah selesai.

Komentar