Asal Usul Masjid Pertama di Pati, Sebagai Sejarah Penyebaran Islam di Bumi Mina Tani

(Foto: Masjid Baiturohim Gambiran Pati)

Kabarpatigo.com - PATI - Kabupaten Pati kental dengan nuansa pendidikan Islam. Pondok-pondok pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang tersebar di wilayah Pati.

Hal ini menjadikan Kabupaten Pati menjadi rujukan ribuan santri dari berbagai penjuru Nusantara, bahkan mancanegara, untuk menuntut ilmu agama.

Semarak pendidikan Islam di Pati tak bisa dilepaskan dari para pendakwah yang mula-mula menyebarkan Islam di Bumi Mina Tani.

Baca Juga: Masjid Jami' Kajen, Masjid Bersejarah di Pati Peninggalan Waliyullah

Baca Juga: Dalam Rangkaian Tour Nasional, Ustad Rendy Saputra Ceramah di Pati 2 Hari

Baca Juga: Milad ke 57 TK Aisyiyah 02 Pati Gelar Diskusi Parenting Pola Asuh dan Pemanfaatan Media Sosial Bagi Anak

Tokoh-tokoh yang diyakini sebagai waliyullah ini biasanya meninggalkan warisan berupa masjid yang dahulu mereka gunakan sebagai pusat syiar agama.

Sebut saja Mbah Cungkrung yang mewariskan Masjid Baiturrohim Gambiran, yang merupakan Masjid pertama berdiri di Pati.

Masjid Gambiran "Baiturrohim"

Gambiran adalah nama dukuh yang berada di Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Baca Juga: Cah Pati Herjun AF Tercepat di Practice 3 AP250 ARRC 2024 Buriram

Baca Juga: Diawali "Coba-Coba" Akhirnya SMA Muhammadiyah 2 Sukolilo Goes To Malaysia

Menurut sejarahwan diyakini bahwa Gambiran dahulu merupakan pusat syiar Islam di Bumi Mina Tani.

Sejarahwan berteori bahwa Masjid Baiturrohim Gambiran dahulu merupakan masjid utama di Pati, sebelum akhirnya berpindah ke Masjid Agung Baitunnur di Alun-Alun Pati.

Menurut sejarah dakwah Islam di Pati yang berpusat di Gambiran tidak terlepas dari sosok Mbah Cungkrung.

Baca Juga: Raih Suara Terbanyak di Dapil Blora 3, Caleg Golkar Meidi Usmanto Undur Diri

Baca Juga: Hujan Berdurasi Panjang di Wilayah Kendeng, Alun-Alun Kayen Tergenang

Mbah Cungkrung diyakini sebagai waliyullah yang makamnya berada sekitar 30 meter di sebelah selatan masjid. Haul Mbah Cungkrung diperingati warga setempat setiap 1 Syuro.

Mbah Cungkrung nama aslinya tidak diketahui dengan jelas. Namun kata cungkrung diambil dari kata berbahasa Jawa, yakni ‘jungkrung’ yang berarti ‘sujud’. Nama Mbah Cungkrung diambil dari kebiasaan beliau sujud dalam shalat.

Mbah Cungkrung diyakini merupakan murid dari Sunan Muria. Hal ini antara lain terlihat dari pola dakwah Mbah Cungkrung yang bercorak tasawuf.

Sunan Muria wafat pada pertengahan abad 16, Mbah Cungkrung juga berdakwah pada kisaran masa itu.

Masjid Baiturrohim Gambiran dibangun oleh Mbah Cungkrung sebagai pusat syiar agama. Oleh warga setempat masjid ini juga disebut sebagai Masjid Wali.

Baca Juga: Warga Berebut 2000 Apem, Tradisi Kirab Ruwahan Sambut Ramadhan di Desa Tkogorejo Pati

Masjid Gambiran memiliki arsitektur kuno dengan atap limas bersusun seperti Masjid Agung Demak. Struktur atap disangga oleh empat saka dari kayu. Memang bangunan asli masjid ini terbuat dari kayu, sebelum kemudian direnovasi menjadi tembok.

Penanda renovasi adalah sebuah prasasti bertuliskan aksara Arab Pegon yang terletak di atas pintu utama masjid. 

Dalam prasasti tersebut, disebutkan bahwa Masjid Gambiran direnovasi pada 1885 oleh Bupati Pati pada waktu itu, yakni Kanjeng Raden Aryo Candrahadinegoro.

Dalam renovasi ini, mustoko atau kubah masjid berbentuk ngaron (tempat memasak dari tanah liat) diganti mustoko baru. Sedangkan yang lama dibawa ke daerah Tawung (Tawangrejo, Kecamatan Winong) oleh murid Mbah Cungkrung.

Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari KH Hishom, ulama dari Desa Tawangrejo, agama Islam yang berkembang di Winong dahulu berasal dari murid Mbah Cungkrung.

Penanda “kekunoan” lainnya dari masjid ini, menurut Amal, ialah keberadaan kompleks makam keluarga penghulu, persis di sebelah utara masjid. 

Dilihat dari bentuk patok kuburannya, diperkirakan pemakaman tersebut telah ada sejak abad ke-16.

Bukti lain bahwa dahulu Gambiran merupakan pusat Islam di Pati, ialah keberadaan pemakaman Islam kuno di Dukuh Gambiran RT 01 RW 05.

Makam yang cukup padat, seluas hampir 2 hektare ini, menunjukkan bahwa Gambiran dulu kota dengan banyak penduduk, atau kalau sekarang disebut metropolitan.

Ada keyakinan, penduduk berbondong-bondong meninggalkan, sehingga makam luas ini tidak digunakan lagi. Hanya penduduk lokal yang memanfaatkan sebagian kecil area makam.

Selain itu dilihat dari patok-patok kuburan yang berukuran besar dan terbuat dari batuan andesit, pemakaman kuno ini diperkirakan dimanfaatkan warga pada abad 16 sampai 17.

Diterangkan juga bahwa pusat Islam di Pati mulai berpindah sejak Masjid Agung Baitunnur berdiri pada 1845. Letaknya yang berada di barat pendopo menjadikan masjid ini sebagai masjid besar kabupaten.

Pendirian masjid Agung Baitunnur membawa dampak besar. Para ulama Gambiran diboyong ke sana. Ada yang ditempatkan di Kauman, Saliyan, dan Kampung Mertokusuman.

Ketika ulama-ulama Gambiran pindah ke Pati, masjid Baiturohim Gambiran mulai agak sepi. Namun, atas kebaikan Bupati pada waktu itu, 1885 masjid ini direnovasi.

Meski kini Masjid Baiturrohim Gambiran bukan lagi masjid utama di Pati, jejak-jejak syiar Islam Mbah Cungkrung masih bisa ditemukan.

Satu di antaranya warga Muslim Tawangrejo Kecamatan Winong mengakui Mbah Cungkrung sebagai leluhurnya.

Setiap ada tahlil, nama Mbah Cungkrung disebut. Kemudian, saat peringatan haul Mbah Cungkrung di Gambiran, sejumlah penduduk dan perangkat Desa Tawangrejo ikut hadir.

Meski semarak keagamaan sempat meredup saat ulama Gambiran hijrah ke Masjid Agung Baitunnur Pati, kini gairah keagamaan kembali bangkit.

Di bawah naungan Yayasan Baiturrohim, di Gambiran berlangsung aktif pendidikan agama mulai dari TPQ,TK, Jamaah Yasin-Tahlil, sampai Pondok Pesantren. (tribunmuria)

Komentar

  1. Mbah jungkrung mempunyai nama asli Habib Nurhadi mempunyai saudara kembar' di ceribon dengan nama Habib Nurhamid. Mbah njungkrung agar lebih bisa membaur dengan masyarakat menggunakan nama Jawa Simbah Kromo syuro. Terkait nama ini juga efek dari pergesekan antara kaum Syi'ah.

    BalasHapus

Posting Komentar