Trauma Wabah PMK, Populasi Sapi di Pati Anjlok dan Peternak Beralih ke Kambing

(Foto: ilustrasi)

Kabarpatigo.com - PATI - Kabupaten Pati, kini tengah menghadapi penurunan populasi hewan ternak sapi yang cukup signifikan.

Dari awal tahun hingga September 2025 lalu, jumlah sapi di Bumi Mina Tani ini terus menyusut tajam.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Andi Hirawadi.

Menurut Andi, salah satu penyebab utama penurunan ini adalah trauma masyarakat terhadap wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sempat merebak beberapa waktu lalu.

Andi mengatakan, kondisi tersebut diperparah dengan harga bibit sapi yang kini melambung tinggi, sehingga banyak peternak enggan menambah populasi.

Data Dispertan mencatat, hingga September 2025 populasi sapi di Pati hanya tersisa sekitar 60 ribu ekor, padahal tahun sebelumnya masih mencapai 100 ribuan ekor.

“Tahun 2025, populasi kita turun karena kasus kemarin ada masalah PMK dan lain-lain. Yang dulu ada 100 ribuan, sekarang tinggal 60 ribuan. Turunnya turun drastis karena masyarakat mulai trauma ada penyakit lagi habis itu harga bibit mahal,” ujar Andi.

Fenomena ini membuat banyak peternak mengalihkan fokus ke komoditas lain, khususnya kambing dan domba yang dinilai lebih tahan terhadap penyakit dan lebih mudah dipelihara.

Baca juga: Terima Kunjungan Manajer UP3 Kudus, Manajer ULP PLN Pati, dan Manajer ULP PLN Juwana, Bupati: Apresiasi atas Kontribusi Nyata PLN

Baca juga: Tekan Angka Kematian Ibu, Endah Sri Wahyuningati: Harus ada Inovasi dan Komitmen Tenaga Kesehatan

Andi menuturkan, populasi dua jenis hewan tersebut justru menunjukkan tren positif.

“Kalau yang kambing sama domba masih stabil cenderung ada peningkatan untuk yang kambing dan domba karena ada peralihan komoditas dari Sapi ke Kambing,” jelasnya.

Berdasarkan data terbaru, populasi kambing di Kabupaten Pati kini mencapai sekitar 200 ribu ekor, meningkat sekitar 2 hingga 5 persen dibandingkan tahun lalu.

“Kambing secara umum sekitar 200 ribuan kurang lebih. Ada peningkatan hampir 2 sampai 5 persen,” ungkapnya.

Menurutnya, tidak hanya berdampak di tingkat lokal, penurunan jumlah sapi juga berimbas pada suplai hewan ternak ke wilayah Jabodetabek, yang selama ini menjadi salah satu pasar utama bagi peternak Pati.

“Jelas sekali, kita kan sebagai pemasok sapi ke Jakarta, Jabodetabek itu ya mengalami penurunan karena memang di pasar lagi sepi harganya mahal di tingkat peternak juga sedikit,” pungkasnya. (btn)

Komentar