Islam yang Kaffah, Meneladani Rasulullah

(Foto: Ketua PDM Pati Moh Asnawi)

Kabarpatigo.com - PATI - Ketika bicara Islam, maka semestinya membicarakan tentang ajaran yang damai (akar kata islam: as salam artinya damai, selamat).

Ajaran yang menghadirkan kerahmatan bagi sekalian alam. Ajaran yang telah menyempurnakan ajaran dari para Nabi sebelum datangnya Rasulullah SAW. Sebagai mana misi kerasulan yang tertuang dalam Kitab Suci.

’’Dan tidaklah Kami utus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta.’’ (QS. Al Anbiya’:107).

Baca Juga: PCM Pati Kota Menerima Kunjungan Safari Ramadhan PDM di Mushalla SMP Muhammadiyah 1 Pati

Menilik pada sisi pragmatis, Islam telah tampil dalam berbagai bentuk wajah yang beragam, baik itu gerakannya, thariqahnya maupun manhajnya.

Islam yang sempurna, dengan sumber yang mutlak kebenarannya telah diterjemahkan dan diaktualisasikan oleh potensi akal manusia yang sangat beragam dan terbatas kemampuannya.

Pada akhirnya, Islam tidak bisa memunculkan dirinya sebagaimana tujuan dirisalahkannya para Rasul. Dalam coretan singkat ini kita sedikit mencoba memahami Islam dalam konteks surat Al Baqaroh: 208.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

’’Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah : 208)’’

Tergambarkan dari ayat di atas, bahwa perintah untuk ber-Islam bagi orang yang beriman haruslah sepenuhnya, secara totalitas dan tidak boleh setengah hati (kata kaaffah bermakna jami’an yaitu menyeluruh).

Baca Juga: Rakorwil Kokam se-Jateng Dipusatkan di SMK Muhammadiyah Bumiayu Brebes

Menjalankan sebagian ajaran Islam dan mengabaikan atau meninggalkan sebagian yang lain, adalah cara berfikir dan cara pandang beragama yang keliru. Hal seperti ini bisa mengarah pada kesesatan beragama, sehingga pada sisi lain munculah Islamophobia.

Hal yang dilatarbelakangi oleh tampilan wajah Islam yang ekstrim, radikalis dan tidak santun. Hal yang rawan akan munculnya konflik horizontal atas nama agama.

Maka, Islam yang kaffah lebih ada kecenderungan pada Islam yang moderat. Islam yang menawarkan sejuknya kedamaian, indahnya kebersamaan di tengah perbedaan.

Islam yang mengedepankan sikap toleransi dan saling menghargai. Islam yang tetap suci ajarannya tanpa tercemari oleh takhayyul, bid’ah, dan khurafat, walaupun akulturasi budaya selalu beriringan dengan perjalanan ajaran Islam sendiri.

Penghargaan terhadap dinamika budaya local merupakan bagian dari pengembangan sikap moderasi dalam beragama.

Merujuk pada figure manusia teladan, manusia terbaik yakni Rasulullah SAW, maka beliaulah satu-satunya manusia yang mampu menerjemahkan Islam yang kaffah itu sendiri.

Beliau pulalah yang semestinya kita jadikan sebagai role model bagaimana seharusnya ber-Islam secara totalitas. Keteladanan beliau mestinya menyertai diri kita, dalam berfikir, bersikap maupun bertindak.

Jelas tergambar dalam firman Allah, surat Al Ahzab: 21,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

’’Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.’’

Selama perjalanan kehidupan dakwah Nabi, tidak pernah terlepas dari nilai-nilai Ilahiah yang tertuang dalam Al Qur’an. Figure Rasulullah adalah representasi dari untaian ayat-ayat Allah.

Maka sebagai umat islam, umat yang terbaik, tidak ada pilihan lain selain harus meneladani jejak perjuangan hidup beliau.

Apalagi nuansa Ramadan yang saat ini tengah kita rasakan dan dirasakan umat Islam di seluruh dunia.

Semestinya nilai-nilai keteladanan yang telah Rasulullah tinggalkan, mampu memasuki relung-relung jiwa kita, terealisasikan dalam amaliah yang bajik dan pada akhirnya muara Ramadan akan menampilkan pribadi seorang mukmin yang muttaqin.

Komentar